Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya,
bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak
Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan
mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah
berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang
berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu
besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang
yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu
yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha
memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga
kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat
diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang
sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa
seperti semula.
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.
Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan,
mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan
di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari
besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang
terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya.
Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang
sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan
pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut
sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya,
dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu
seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka
mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan
bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya
penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun
melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam
keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh
mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api
meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka
pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka
mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di
dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi
sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan
banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan
ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang
yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang
kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di
tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga
dia kembali ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini,
mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya,
sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di
dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan
mengelilinginya.
“Apa ini?!” tanya Rasulullah
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka
menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim
semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga
Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya.
Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah
Rasul lihat sebegitu banyaknya.
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon
yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar
dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke
pohon itu!”
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan
dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah
Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu
mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas
dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu
terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang,
sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita
lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang
pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada
orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih.
Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam
sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya.
Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka
dalam keadaan sebaik-baik rupa!
Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!”
“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin
kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku
adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana
bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi,
“Inilah tempat tinggalmu!”
Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah
pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera
berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!” [1]
“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka.
Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang
yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu
adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur
di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji
mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya,
adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali
dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan
perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah
para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai
dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat
buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia
mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu
adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap
bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”
…
Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya
kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang
musyrik?”
Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang
lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan
antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan
mereka. []
Maraji’: Riyadhush Shalihin
Kamis, 06 Juni 2013
Rabu, 06 Februari 2013
10 orang yg tidak diterima shalatnya oleh allah
Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud :
" Barang siapa yang memelihara solat,
maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barang
siapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi
cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya." (Tabyinul
Mahaarim)
Rasulullah S.A.W telah bersabda bahawa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Allah
S.W.T, antaranya :
1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum
membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mahu meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan solat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba'.
10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan
yang keji dan mungkar."
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak
dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka
sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh
dari Allah."
Hassan r.a berkata : "Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari
melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap
orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan
dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang
buruk."
BERATNYA SIKSA KUBUR
Al-Faqih berkata bahwa Abu Ja’far meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan 70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera. Apabila ia hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh kuburnya, dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan kecualioleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.
Sedangkan orang kafir, maka kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulangnya masuk ke dalam perutnya lantas didatangi berbagai macam ular yang besar sebesar leher unta, dimana ular-ular itu makan dagingnya sehingga tidak tersisa daging pada tulangnya. Kemudian datang kepadanya malaikat yang tuli, bisu dan buta dengan membawa cambuk-cambuk dari besi. Mereka memukulinya dengan cambuk-cambuk itu tanpa mendengar jeritan dan melihatorang itu sehingga tidak akan timbul rasa belas kasihan kepadanya. Disamping itu neraka selalu diperlihatkan kepadanya baik diwaktu pagi maupun diwaktu sore.
Al-Faqih memberikan nasehat, barangsiapa yang ingin selamat dari siksaan kubur, maka ia harus senantiasa mengerjakan empat hal dan menjauhkan diri dari empat hal. Empat hal yang harus selalu dikerjakan itu adalah: shalat, shadaqah membaca Al-Qur’an dan banyak membaca tasbih (subhanallah – pen). Keempat hal ini akan bisa menjadikan kubur itu terang dan lapang. Sedangkan empat hal yang harus ditinggalkan adalah; dusta, khianat, adu domba dan hati-hati dalam masalah kecing. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) : “Bersihkanlah (besucilah) sewaktu kencing, karena kebanyakan siksa kubur itu karena kencing”.
Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Barang siapa yang banyak mengingat kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai salah satu taman dari taman-taman sorga. Dan barangsiapa yang lalai kepada kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai salah satu jurang dari jurang-jurang neraka”.
Sahabat Ali karromallahu wajhahu didalam khutbahnya mengatakan: “Wahai hamba Allah ingatlah mati, ingatlah mati karena kamu tidak bisa menghindar darinya. Bila kamu diam, maka ia akan datang menghampirimu; dan bila kamu lari, ia akan mengejarmu. Ia terikat pada ubun-ubunmu. Carilah keselamatan, carilah keselematan. Di belakangmu ada kubur yang selalu mengejar kamu. Ingatlah bahwa kubur itu bisa merupakan salah satu taman dari taman-taman sorga, dan bisa pula merupakan salah satu jurang dari jurang-jurang neraka. Ingatlah bahwa sesungguhnya kubur itu setiap hari berbicara tiga kali dengan perkataan; “aku adalah rumah gelap, aku adalah rumah duka cita, dan aku adalah rumah ulat”. Ingatlah bahwa setelah itu ada suatu hari yang lebih ngeri dimana pada hari itu anak muda langsung beruban, orang tua pingsan, semua orang yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, semua wanita yang hamil menggugurkan kandungannya, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak, akan tetapi siksaan Allah itu sangat keras. Ingatlah, bahwa setelah itu ada neraka yang panas sekali, sangat curam, perhiasaannya besi, airnya nanah, di dalamnya tidak ada rahmat Allah sama sekali”. (mendengar khutbah ini kaum muslimin menangis tersedu-sedu). Lalu Sayyidina Ali k.w melanjutkan khutbahnya: “Tetapi disamping itu ada sorga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari siksaan yang pedih dan memasukkan kami dan kamu ke dalam sorga tempat kenikmatan”.
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) :“Kubur itu adalah pos (tempat pemberhentian) pertama dari pos-pos akhirat. Apabila seseorang selamat dari pos pertama itu maka pos berikutnya lebih mudah daripadanya, dan apabila seseorang tidak selamat dari pos pertama itu maka pos berikutnya lebih berat daripadanya”.
Diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Mahmud Al-Maghuli dimana ia berkata: “Sewaktu kami sedang duduk bersama-sama dengan Ibnu Abbas ra, tiba-tiba datanglah sekelompok kaum lalu berrkata: “Kamu berangkat dari rumah dengan maksud untuk menunaikan haji, dan ada seorang teman kami yang ketika sampai di daerah Dzatus Shafah meninggal dunia kemudian kami mengurusnya dan kami menggalikan kubur untuknya. Ketika kami menggali kubur dan membuat liang lahat ternyata liang lahat itu penuh dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu, dan kami menggali lagi di temapt lain. Di tempat yang lain itu pun sama saja, liang lahatnya penih dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu dan menggali lagi kubur untuk yang ketiga kalinya, dan ternyata di tempat itupun liang lahatnya penuh dengan ular. Kemudian kami tingalkan mayat itu dan kami datang kepadamu”. Ibnu Abbas ra berkata: “Itu adalah amal perbuatan yang ia lakukan sendiri. Pergilah dan kuburlah mayat itu di kubur yang mana saja. Demi Allah, seandainya kamu menggali seluruh bumi niscaya kamu kamu akan selalu menjumpai ular di dalamnya. Beritakanlah hal ini kepada kaumnya”. Abdul Hamid berkata: “Kemudian kami pergi dan mengubur mayat itu pada salah satu diantara ketiga kuburnyang kami galiitu. Ketika kami kembali (dari ibadah haji), kami mendatangi keluarganya dengan membawa barang kepunyaannya dan kami bertanya kepada istrinya: “Apa yang biasa dia lakukan waktu hidupnya ?”. Istrinya menjawab: “Ia dulu berjualan bahan makanan yaitu gandum. Setiap hari ia mengambil sebagian dari gandum dagangan itu untuk dimakan, kemudian sebanyak gandum yang dia ambil diganti dengan tangkai gandum yang warnanya serupa lalu ditumbuk dan dicampur dengan nya”.
Amar bin Dfinar berkata: “Ada seorang penduduk Madinah yang mempunyai saudari di ujung kota. Pada saat saudarinya sakit dan ia datang menjenguk saudarinya itu. Setelah sampai disana, saudarinya itu mati dan ia mengurusnya dan ikut menguburnya. Sesudah selali penguburan, ia pulang ke rumahnya lalu teringat bahwa kantong uangnya jatuh sewaktu mengubur saudarinya itu. Ia lalu minta tolong seorang teman untuk menggali kubur dan ia pun menemukan kantong yang jatuh itu. Ia berkata pada temannya: “Pergilah kamu, karena aku ingin melihat apa yang sedang terjadi pada diri saudariku”. Kemudian ia mengangkat penutup liang lahat dan tiba-tiba terlihat bahwa kubur itu menyalakan api. Ia lalu meratakan kembalikubur itu dan cepat-cepat pulang menemui ibunya dan bertanya: “Beritahukan kepadaku apa yang biasa dilakukakan oleh saudariku”. Ibunya menjawab: “Kenapa kamu menanyakan tentang saudarimu, sedangkan dia sudah meninggal dunia?”. Ia berkata lagi : “Tolong bu, beritahukan kepadaku”. :Ibunya menjawab: “Saudarimu itu suka mengakhirkan shalat dan tidak mengerjakan shalat dengan suci yang sempurna. Ia suka datang ke rumah-rumah tetangga dengan menceritakan kepada mereka apa yang ia dengar daengan maksud mengadu domba”. Itulah yang menyebabkan siksaan kubur.
Oleh karena itu, barang siapa yang ingin selamat dari siksa kubur maka ia harus menjauhkan diri dari adu domba dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya agar bisa selamat dari siksaannya dan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. (m. muslih albaroni)
Jumat, 01 Februari 2013
kisah rasul menjelang ajal
Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW Mengingatkan kita sewaktu sakratul maut.
'Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?".
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" -
"Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim.
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia,
tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.
Kisah rasul dengan cucunya
Ketika kita membaca kisah perjalanan hidup Rasulullah, banyak sekali
kisah beliau yang sangat inspiratif dan mengharukan, bagaimana kasih
sayang beliau pada keluarga, para sahabat maupun pada para pengikutnya.
Semua kisah perjalanan hidupnya mampu menguras air mataku. Salah satunya
adalah kisah kasih sayang beliau terhadap kedua cucunya Hasan dan
Husein. Berkali-kali aku membaca kisah ini, berkali-kali pula aku
menitikkan air mata, subhanallah, begitu besar kasih sayang beliau
terhadap keluarga dan keturunannya.
Suatu saat Husein kecil mendatangi bundanya, Sayiddah Fathimah, sembari menangis ia berkata….
“bundaku, Kakek (Muhammad SAW) lebih mencintai kakakku Hasan”
“Mengapa duhai anakku” ujar Fathimah penuh kelembutan.
“Kakek sering mencium bibir Hasan dan hanya mencium leherku”
Segera Fathimah membawa Husein pada Muhammad, dan menceritakan keluhan Husein….
Sembari menatap tajam dan lama, Rasul mulia pun berkata…
” Anakku Fatimah, Hasan selalu ku kecup bibirnya, lantaran ia akan mati diracun oleh orang terdekatnya, dan seluruh isi perutnya akan terburai keluar lewat mulutnya, sedangkan engkau….”, Rasul menatap Husein lama sekali, Rasul tak bisa meneruskan ucapannya, dan pingsan beberapa saat, setelah siuman beliau kembali menatap tajam sambil terus menangis berguncang dadanya, lantas bertutur…
“Sedangkan engkau, Husein, sering kucium lehermu karena engkau akan syahid dengan leher terputus….”
Dan rumah mungil penuh cahaya surgawi itupun pecah oleh tangisan yang mengguncang…
Suatu saat Husein kecil mendatangi bundanya, Sayiddah Fathimah, sembari menangis ia berkata….
“bundaku, Kakek (Muhammad SAW) lebih mencintai kakakku Hasan”
“Mengapa duhai anakku” ujar Fathimah penuh kelembutan.
“Kakek sering mencium bibir Hasan dan hanya mencium leherku”
Segera Fathimah membawa Husein pada Muhammad, dan menceritakan keluhan Husein….
Sembari menatap tajam dan lama, Rasul mulia pun berkata…
” Anakku Fatimah, Hasan selalu ku kecup bibirnya, lantaran ia akan mati diracun oleh orang terdekatnya, dan seluruh isi perutnya akan terburai keluar lewat mulutnya, sedangkan engkau….”, Rasul menatap Husein lama sekali, Rasul tak bisa meneruskan ucapannya, dan pingsan beberapa saat, setelah siuman beliau kembali menatap tajam sambil terus menangis berguncang dadanya, lantas bertutur…
“Sedangkan engkau, Husein, sering kucium lehermu karena engkau akan syahid dengan leher terputus….”
Dan rumah mungil penuh cahaya surgawi itupun pecah oleh tangisan yang mengguncang…
Langganan:
Postingan (Atom)